A. Definisi
Vertigo
adalah sensasi gerakan atau rasa gerak
dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama
dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh. Vertigo mungkin
bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala
atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus), otonomik (pucat,
peluh dingin, mual, muntah) dan pusing (http://www.kalbefarma.com). Burton 1990
berpendapat bahwa Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau
berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar,
yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Sedangkan
menurut yayasan stoke Indonesia, vertigo merupakan satu bentuk gangguan
keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan.
Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan vertigo adalah suatu bentuk gangguan
keseimbangan yang disertai perasaan seolah-olah penderita bergerak atau
berputar-putar atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau
berputar, yang biasanya disertai dengan mual
B. Etiologi
Menurut
(Bruton 1990) vertigo dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
1.
Lesi vestibular,
seperti:
a.
Fisiologik
b.
Labirinitis
c.
Obat ; misalnya
quinine, salisilat.
d.
Otitis media
e.
Motion
sickness
2.
Lesi saraf vestibularis
a.
Neuroma akustik
b.
Obat ; misalnya
streptomycin
c.
Neuronitis
d.
Vestibular
3.
Lesi batang otak,
serebelum atau lobus temporal
a.
Infark atau perdarahan
pons
b.
Insufisiensi
vertebro-basilar
c.
Migraine arteri
basilaris
d.
Sklerosi diseminata
e.
Tumor
f.
Siringobulbia
g.
Epilepsy lobus temporal
Sedangkan
menurut (http://www.kalbefarma.com) vertigo dapat disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya:
1.
Penyakit Sistem
Vestibuler Perifer, seperti:
a.
Telinga bagian luar :
serumen, benda asing.
b.
Telinga bagian tengah:
retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta, otitis media dengan
efusi, labirintitis, kolesteatoma.
c.
Telinga bagian dalam:
labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi, hidrops labirin
(morbus Meniere ), vertigo postural.
d.
Nervus VIII. : infeksi,
trauma, tumor.
e.
Inti Vestibularis:
infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior inferior,
tumor, sklerosis multipleks.
2.
Penyakit SSP, seperti :
a.
Hipoksia Iskemia otak :
Hipertensi kronis, arterios-klerosis, anemia, hipertensi kardiovaskular,
fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus
karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung.
b.
Infeksi : meningitis,
ensefalitis, abses
c.
Trauma kepala/ labirin
d.
Migren
Vertigo
bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan telingan dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. juga bisa
berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi
secara tiba-tiba
C. Patofisiologi
Vertigo
terjadi akibat dari perubahan posisi kepala yang cepat dan tibat-tiba, biasanya
akan dirasakan pusing yang sangat berat, yang berlangsung bervariasi di semua
orang, bisa lama atau hanya beberapa menit sasja. Penderita kadang merasakan
lebih baik jika berbaring diam saja. Vertigo dapat berlangsung selama
berhari-hari dan disertai dengan mual muntah. Hasilnya pendertia akan merasa
amat sangat panic dan segera melarikan diri untuk berobat, tak jarang pasien seperti
ini ditemukan di unit gawat darurat. Vertigo disebabkan oleh pengendapan
kalsium di dalam salah satu alat penyeimbangan di dalam telinga, tetapi
sebagian besar penyebabnya belum dikethui hingga sekarang. Beberapa dugaan yang
dikemukakan oleh para ahli adalah, trauma pada alat keseimbangan, infeksi, sisa
pembedangan telinga, degenerative karena usai dan kelainan pembuluh darah.
Vertigo berbeda dengan dizziness,
suatu pengalaman yang mungkin pernah kita rasakan, yaitu kepala terasa ringan
saat akan berdiri. Sedangkan vertigo bisa lebih berat dari itu, misalnya dapat
membuat kita sulit untuk melangkah karena rasa berputar yang mempengaruhi
keseimbangan tubuh. Adanya penyakit vertigo menandakan adanya gangguan system deteksi
seseorang.
D. Pohon Masalah
Adanya
Lesi, penyakit SSP,
trauma dengan
benda tajam atau tumpul
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi
klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-kadang
disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa
kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket,
nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut
pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput
tipis.
Pasien
Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu.
Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke
tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat
tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke
belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai
rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat mengenali
keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat
menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau
berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien,
vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari
atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.
Pada
anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada perubahan
posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada
perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara
spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum tidak
didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.
Uji
posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan melakukan
manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi
oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi.
Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :
1.
Mata berputar dan
bergerak ke arah telinga yang terganggu dan mereda setelah 5-20 detik.
2.
Disertai
3.
vertigo berat.
4.
Mula gejala didahului
periode laten selama beberapa detik (3-10 detik).
5.
Pada uji ulangan akan
berkurang, terapi juga berguna sebagai cara diagnosis yang tepat.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang penting
untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain:
1.
Pemeriksaan fisik
a.
Pemeriksaan mata
b.
Pemeriksaan alat
keseimbangan tubuh
c.
Pemeriksaan neurologik
d.
Pemeriksaan otologik
e.
Pemeriksaan fisik umum
2.
Pemeriksaan khusus
a.
ENG
b.
Audiometri dan BAEP
c.
Psikiatrik
3.
Pemeriksaan tambahan
a.
Radiologik dan Imaging
b.
EEG, EMG
G. Penatalaksanaan medis
Beberapa terapi yang dapat diberikan
adalah terapi dengan obat-obatan, terapi fisik / latihan dan olah raga. Dan
jika keduat terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita
dianjurkan untuk terapi bedah.
Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran
No. 144, 2004: 48) :
Terdiri dari :
Terdiri dari :
1.
Terapi kausal
2.
Terapi simtomatik
3.
Terapi rehabilitatif
H. Proses Keperawatan
1.
Pengkajian data
keperawatan
a.
Aktivitas / Istirahat
Letih,
lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca, insomnia,
bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat
saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
b.
Sirkulasi
Riwayat
hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah tampak
kemerahan
c.
Integritas Ego
Faktor-faktor
stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan, keputusasaan,
ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit
kepala, mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
d.
Makanan dan cairan
Makanan
yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol,
anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain),
mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan
e.
Neurosensoris
Pening,
disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru
terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan
visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia,
kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola
bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks
tendon dalam, papiledema.
f.
Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik
nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot,
cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada
daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional /
perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga
menegang, frigiditas vokal.
g.
Keamanan
Riwayat
alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan,
parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan
sinus).
h.
Interaksi sosial
Perubahan
dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit
i.
Penyuluhan /
pembelajaran
Riwayat
hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan alkohol/obat
lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.
2.
Analisis
Data
No
|
DATA
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
|
Subjektif (S)
Objektif (O)
|
Gangguan rasa nyaman
nyeri
|
Stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf,
vasospressor, peningkatan intrakranial.
|
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan
intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor
misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
|
2.
|
Subjektif (S)
Objektif (O)
|
Koping individual tak efektif
|
ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping tidak
adekuat, kelebihan beban kerja
|
Koping individual tak efektif berhubungan dengan
ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban
kerja
|
|
Subjektif (S)
Objektif
(O)
|
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai
kondisi dan kebutuhan pengobatan
|
keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi
dan kurang mengingat
|
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai
kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
tidak mengenal informasi dan kurang mengingat
|
3.
Intervensi Kperawatan
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DAN TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf,
vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang
dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur,
gelisah.
Tujuan: setelah melalui perawatan
selama 1 x 24 jam gangguan rasa nyaman nyeri dapat teratasi.
|
1.Pantau tanda-tanda vital,
intensitas/skala nyeri
2. Anjurkan
klien istirahat ditempat tidur.
3. Atur
posisi pasien senyaman mungkin
4. Ajarkan
teknik relaksasi dan napas dalam
5. Kolaborasi
untuk pemberian analgetik
|
1. Mengenal
dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan
2. istirahat
untuk mengurangi intesitas nyeri
3. posisi
yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi
nyeri.
4. relaksasi
mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman
5. analgetik
berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.
|
2.
|
Koping
individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode
koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja
Tujuan:
setelah melalui perawatan selama 1 x 24 jam koping individu menjadi lebih
adekuat
|
1. Kaji kapasitas fisiologis yang
bersifat umum
2. Sarankan klien untuk mengekspresikan
perasaannya
|
1. Mengenal sejauh dan mengidentifikasi
penyimpangan fungsi fisiologis tubuh dan memudahkan dalam melakukan tindakan
keperawatan.
2. klien
akan merasakan kelegaan setelah mengungkapkan segala perasaannya dan menjadi
lebih tenang
|
|
|
3. Berikan informasi mengenai penyebab
sakit kepala, penenangan dan hasil yang diharapkan.
4. Dekati pasien dengan ramah dan penuh
perhatian, ambil keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan.
|
3. agar klien mengetahui kondisi dan
pengobatan yang diterimanya, dan memberikan klien harapan dan semangat untuk
pulih.
4. membuat klien merasa lebih berarti
dan dihargai.
|
3.
|
Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang
mengingat
Tujuan:
setelah melalui perawatan selama 1 x 24 jam pasien mengutarakan pemahaman
tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
|
1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan
keluarga tentang penyakitnya.
2. Berikan penjelasan pada klien
tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
3. Diskusikan
mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang normal
4. Anjurkan
pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan
faktor-faktor yang berhubungan
|
1. megetahui seberapa jauh pengalaman dan
pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya
2. dengan mengetahui penyakit dan
kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi
rasa cemas
3. agar klien mampu melakukan dan
merubah posisi/letak tubuh yang kurang baik.
4. dengan
memperhatikan faktor yang berhubungan klien dapat mengurangi sakit kepala
sendiri dengan tindakan sederhana, seperti berbaring, beristirahat pada saat
serangan.
|
REFERENSI
Mansjoer et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi III. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Sudoyo Aru.W et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Doengoes
Marilynn. E et al. 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta : EGC
artikel yang sangat menarik dan bermanfaat, makasih banyak...
BalasHapushttp://www.tokoobatku.com/obat-herbal-penyakit-sinusitis/